Langsung ke konten utama

Durability of Concrete

cover
FAKTOR FISIK
Terminologi Durabilitas
Ketahanan beton dalam menghadapi serangan perusak beton baik fisik maupun kimia. Beton yang kita buat harus dapat meminimalkan tingkat kerusakan yang akan terjadi karena faktor perusak.
Zona Lingkungan Laut dan Jenis Eksposure
tidal_zones
Zona atmosfir laut :
  • Rentan keretakan disebabkan proses pembekuan pencairan dan perubahan suhu
  • Korosi diakibatkan oleh partikel garam yang terbawa angin dan dapat dikurangi dengan frekuensi hujan yang tinggi
Zona terpercik :
  • Dibasahi oleh percikan air laut
  • Keretakan diakibatkan erosi, benturan dan reaksi kimia
  • Zona yang terkena serangan paling agresif
Zona pasang surut :
  • Struktur terendam saat pasang dan tidak kering saat surut karena percikan
  • Korosi di zona ini juga dapat terjadi karena adanya organisme laut
  • Rentan keretakan akibat abrasi, erosi, benturan dan reaksi kimia
Zona terendam :
  • Selalu basah air laut
  • Kerusakan daerah ini diakibatkan reaksi kimia ion agresif, seperti sulfat, klorida dan CO2
Proses proses fisika dan kimia penyebab kerusakan elemen beton di lingkungan laut
Di lingkungan laut terdapat banyak potensi interaksi simultan dari faktor faktor disik maupun kimia penyebab kerusakan material beton, ada yang secara fisik ada juga yang secara kimiawi. Analisis kegagalan menunjukkan interaksi penyebab fisik dan kimia selalu bekerja bersama merusak beton.
Kerusakan Beton Akibat Penyebab Fisik
Pengikisan permukaan dapat disebabkan oleh :
  • Benturan, Beban impact yang datang tiba-tiba dan memiliki kecepatan yang dapat mengganggu struktur seperti tsuinami. Ketahanan terhadap benturan tergantung dari kemampuan beton menahan/menyerap energi dari impact
japanearthquake10-jpg-size-custom-crop-1086x724
  • Abrasi, Ausnya permukaan beton akibat hantaman gelombang yang terdapat pasir, kerikil dan atau benda padat lain bersamanya
1353489abrasi780x390
  • Erosi, Ausnya permukaan beton akibat air, angin, hujan dan atau proses mekanik lainnya. Ketahanan terhadap erosi dipengaruhi kualitas beton, agregat dan permukaan beton
badlands_sd_erosion
  • Kavitasi, Ausnya permukaan beton akibat hantaman air dengan kecepatan tinggi yang memiliki gelemung udara dan pecah pada permukaan beton. Ketahanan terhadap kavitasi dipengaruhi kualitas beton, lekatan antar mixtures dan ukuran maksimum agregat kasar
Retak-retak dapat disebabkan oleh :
  • Perubahan volume (suhu dan kelembaban dankristalisasi garam di permukaan beton)
  • Pembebanan, baik yang berlebih maupun siklis
  • Suhu ekstrem, baik suhu sangat tinggi (kebakaran) maupun sangat rendah (pembekuan)
Faktor fisik penyebab keretakan beton
Sering dijumpai keretakan beton diakibatkan oleh kombinasi mekanisme penyebabnya. Berdasarkan mekanisme penyebab fisik :
  • Perubahan volume
  • Pembebanan
  • Suhu ekstrem
Keretakan pada beton segar dan beton yang mengeras
Retak pada beton segar :
  • Plastic shrinkage
plastic-shrinkage-2
Ketika air yang menguap dari permukaan beton baru dicor lebih cepat dari air bleeding maka permukaan beton akan menyusut. Adanya restrain dari beton di bawah lapisan permukaan mengering menyebabkan tegangan tarik pada beton lemah menyababkan retak-retak dangkal berbagai variasi kedalaman
  • Crazing
crazing
Pola dari retak halus yang hanya di permukaan saja. Hampir tidak tampak kecuali ketika permukaan baru saja mengering
Retak pada beton yang mengeras :
  • Drying shrinkage
drying-shrinkage
Campuran air lebih besar dari yang dibutuhkan untuk hidrasi, air yang tersisa akan menguap mengakibatkan beton menyusut. Restrain terhadap susut oleh tulangan atau bagian lain struktur menimbulkan tengangan tarik. Restrain terhadap drying shrinkage penyebab retak paling umum pada beton.
  • Thermal shrinkage
thermal-shrinkage
Kenaikan suhu diakibatkan oleh panas dari proses hidrasi. Ketika interior beton mengalami kenaikan temperatur dan mengembang, permukaan beton mungkin sedang mengalami pendinginan. Jika perbedaanya terlampau jauh maka ada tegangan tarik. Tingkat keparahan retak dipengaruhi oleh perbedaan temperatur dan karakteristik fisik eton dan tulangan
  • Kristalisasi garam
Stress diakibatkan oleh kristalisasi garam pada beton permeable menyebabkan retak-retak dan spalling
  • Beban berlebih dan atau beban siklis
Beban siklis antara lain angin, arus dan gelombang. Ketahanan terhadap beban siklis disebut ketahanan fatigue dipengaruhi karakteristik letakan agregat dengan pasta semen. Semakin kecil ukuran maksimum agregat semakin tinggi ketahanan fatiguenya
  • Kebakaran
Pengaruhnya tergantung dari tinggi temperaturnya dan lama terjadinya. Pengaruhnya terhadap kekuatan komponen beton bertulang : kuat tekan, modulus elastisitas, kuat lekat baja-betondan ekspansi longitudinal dan radial tulangan
  • Pembekuan dan pencarian
Pada daerah dingin, kerusakan dan keretakan beton umumnya disebabkan oleh proses pembekuan dan pencairan yang terus berulang-ulang

FAKTOR KIMIA
kimiawi
Korosi tulangan baja
Kerusakan akibat korosi
Korosi dimulai ketika terjadi kerusakan pada lapisan pelindung tulangan yang diakibatkan oleh terakumulasi ion klorida dalam konsentrasi tertentu atau karena karbonasi. Mekanisme kedua, menyerang tulangan beton tanpa menyerang material betonnya sendiri. Korosi akibat ion klorida mengakibatkan berkurangnya luas penampang baja tulangan tanpa memperlihatkan kerusakan pada permukaan beton. Penetrasi ion klorida merupakan ancaman terbesar bukan hanya di laut tapi juga di darat yang tentunya terekspos ion klorida. Ion klorida masuk melalui selimut beton menuju tulangan. Beton mengandung ion hidroksil yang menguntungkan karena bereaksi  dengan tulangan membentuk lapisan pelindung pasif pada permukaan tulangan. Lapisan pasif bertindak sebagai pelindung bagi tulangan dengan menghalangi kontak antara tulangan dengan air dan oksigen. Lapisan pasif bisa rusak karena rekasi CO2 dengan ion hidroksil dan penetrasi ion klorida
Mekanisme korosi pada Baja
korosi-tulangan
sel elektrokimia terbentuk ketika terdapt perbedaan potensial sepanjang tulangan beton dengan anoda dan katoda.
Pada tulangan yang mengalami korosi maka volume baja yang terkorosi akan pindah ke ke bagian lain dari tulangan tersebut. Pemindahan volume ini mengakibatkan beton yang rigid akan terganggu dari dalam dengan tekanan dari penampahan volume pada celah antara tulangan dan beton mengakibatkan retak-retak.
Karbonasi
Korosi pda beton bertulang karena gas CO2. Konsentrasinya di udara hanya 0,03%. Itu sudah cukup untuk menimbulkan serangan pada beton. Hidrat semen yang diserang adalah Ca(OH)2 menimbulkan CaCO ketika Ca(OH)hampir habis maka CO2 akan bereaksi dengan hidrat kalsium silika membentuk gel silika dengan pori-pori > 100 nm. Jika kandungan COtinggi maka kalsium kerbonat akan berlebih membentuk kalsium bikarbonat. Dengan begitu pH akan menurun hingga < 9. pH rendah dapat menghancurkan lapisan pasif. Akibat perubahan menjadi kalsium karbonat adalah beton terbagi menjadi 2 bagian yaitu terkarbonasi dan idak. Waktu yang dibutuhkan karbonasi bergantung pada ketebalan selimut, karakteristik beton dan laju difusi CO2 kedalam beton dalam bentuk gas. Laju karbonasi sebenarnya lebih bergantung pada mikrostruktur bukan kekuatan beton. Oleh karena itu curing berperan penting.
AKIBAT KARAT
Cracking
crack-kimia
Spalling
spalling-kimia
Delamination
delamination-kimia
Sumber : fathurridhokl15

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus

3.8.1         Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus 3.8.1    Tujuan Percobaan Kadar organik adalah bahan- bahan yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek kerugian terhadap suatu mortar atau beton. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. 3.8.2    Alat dan Bahan Alat: 1.       Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH 2.       Standard warna ( Organik plate ) 3.       Larutan NaOH 3% Bahan: Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol) Gambar 1.1 Pasir didalam 1/3 botol untuk menentukan kadar organik 3.8.3    Prosedur Percobaan 1.       115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol) 2.       Laruta

Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar

Analisis Saringan Agregat Halus TujuanPercobaan Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus  Alat dan Bahan Alat 1.       Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% 2.       Satu set saringan 3.       Oven (110 ± 5)°C 4.       Alat pemisah  (spliter) sample 5.       Talam Gambar 1  Saringan Agregat Halus. Bahan Benda uji (pasir) diperoleh dari alat pemisah. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat halus  yang digunakan pada tabel perangkat saringan.             Gambar 2  Timbangan, Neraca, dan 500g Agregat Halus. Prosedur Pemeriksaan 1.       Keringkan sampel agregat. 2.       Timbang beban agregat. 3.       Persiapkan saringan yang akan digunakan. 4.       Goyangkan saringan disaat agregat dituang ke saringan. 5.       Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. 6.       Catat berat yang tertahan. Perhitungan Tabel 1  Tabel Analisis Saringan Agregat Hal

Praktikum Pemeriksaan Kadar Air Agregat

3.1       Pemeriksaan Kadar Air Agregat 3.1.1    Tujuan Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi tahan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan. 3.1.2         Alat dan Bahan 1.       Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh 2.       Oven 3.       Talam logam tahan karat dengan kapasitas besar bagi tempat pengeringan benda uji 4.       Contoh agregat kasar dan agregat halus masing-masing 500 gram 3.1.3    Prosedur 1.       Timbang dan catat berat talam (W 1 ) 2.       Masukkan benda uji kedalam talam, kemudian timbang ulang (W 2 ) 3.       Hitung berat benda uji W 3 =W 2 -W 1 4.       Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5) o C hingg