Langsung ke konten utama

Serangan Klorida Pada Beton

Klorida merupakan penyebab utama korosi pada struktur beton di lingkungan laut. Serangan ini unik karena hanya menimbulkan korosi pada tulangan dan tidak menyerang material betonnya sendiri. Ion klorida menyerang lapisan pasif ketika sudah mencapai konsentrasi tertentu bahkan pada nilai pH yang tinggi.
Serangan klorida diawali pembentukan lubang-lubang di lokasi-lokasi yang lapisan pasifnya hancur (pitting/korosi sumuran) berbeda dengan serangan karbonasi yang mengakibatkan korosinya merata.
Pitting
pitting-corrosion
Uniform
uniform
Siklus retak korosi retak
siklus
Umur Layan
Umur layan adalah periode atau selang waktu dimana struktur masih dapat mempertahankan fungsi strukturalnya. Umur layan sangat penting untuk diprediksi karena pada kenyataanya umur layan beton di laut kenyataannya hanya setengah dari umur layan prediksidan juga biaya rehabilitasi struktur beton yang sangat mahal. Faktor utama yang dapat digunakan untuk mempediksikan umur layan adalah koefisien difusi dan kensentrasi klorida kritis permukaan tulangan.
Pemodelan Kerusakan Korosi dan Umur Layan
Pemodelannya ada tiga, yaitu:
  1. Model Bebas Korosi
Pemodelan yang didasarkan pada ketentuan tidak boleh ada korosi
  1. Model Korosi yang Masih Diterima
Pemodelan yang didasarkan adanya korosi namun masih dalam batas wajar atau bisa diterima
  1. Model Kerusakan Akhir
Pemodelan yang didasarkan pada kondisi ultimate dari struktur runtuh
alur-rusak
Alur kerusakan
  • Periode Inisiasi, dimulai saat klorida muali masuk melalui selimut beton sampai kontentrasi di permukaan tulangnnya mencapai nilai treshold memunculkan depasivasi tulangan
  • Periode Propagasi, dimulai saat depasivasi sampai beton mengalami retak san spalling (tanda kerusakan parah)
Penelitian mengenai korosi tulangan lebih difokuskan pada pengembangan formula di tahap inisiasi yang didasari periode inisiasi korosi tulangan. Zona splash memiliki risiko korosi terbesar karena penetrasi ion klorida akan sangat cepat sehingga periode propagasi dapat diabaikan. Oleh karena itu prediksi umur layan sama dengan prediksi perioda inisiasi (penetrasi klorida) pada tulangan beton hingga mencapai nilai ambang batas.
Prediksi umur layan merupakan masalah kompleks karena banyak mekanisme transportasi yang terlibat dalam pemodelan laju penetrasi klorida kedalam beton. Pemodelan yang reliable maka pemodelannya memperhitungkan beberapa mekanisme transportasi.
Masuknya klorida kedalam struktur beton dapat dengan difusi. Pemodelannya dapat melalui turunan dari hukum Fick kedua
fick1C adalah konsentrasi klorida pada jarak x pada waktu t dan Dc adalah koefisien difusi.
Langkah-langkah mengestimasi penetrasi klorida:
  • Mengambil sample beton (concrete core, drilling)
  • Menganalisa kandungan klorida (titrasi)
  • Memplot hasil analisa pada berbagai kedalamanyang berbeda menghasilkan profil klorida
Dengan profil klorida yang dihasilkan tadi dan dengan persamaan fick kedua maka konsentrasi klorida pada permukaan beton dapat dihitung.
Untuk struktur beton pada zona terndam dan zona pasang surut (nilai konsentrasi ion klorida dianggap konstan).
fick2
Cs adalah konsentrasi klorida di permukaan, D adalah koefisien difusi dan x adalah jarak kedalaman permukaan terekspos.
Asumsi-asumsi persamaan difusi fick:
  • Prosesnya non-steady state
  • Difusi hanya satu arah
  • Koefisien difusi dan konsentrasi klorida tidak berubah dengan waktu
Koefisien Difusi bukanlah suatu konstanta dengan kata lain memiliki satuan yang menurun dengan waktu.
Hubungan Koefisien Difusi dengan Perbandingan Air Semen
opc-blended
Hubungan Koefisien Difusi dengan Kandungan Semen Persatuan Volume Beton
w-per-c
Profil Klorida Dan Kurva Fitting Terbaik
konsentrasi-klorida
Nilai ambang batas klorida
Codes
Total Klorida (% of cement)
BS 8110 (1985)0,4
ACI 222 (1994)0,2
AS 3600 (1994)0,8
CEB-FIP0,4
Sumber Klorida
Pada proses mixing cement:
  • Air laut yang digunakan sebagai air campuran semen
  • Akselerator yang mengandung klorida
  • Agregat yang terkontaminasi klorida
Pada beton yang telah mengeras:
  • Penggunaan garam pengencer
  • Pambahasan dan pengeringan air laut
  • Penggunaan bahan kimia yang mengandung klorida
Klorida ada dalam beton dalam bentuk:
  • Ion klorida bebas (larutan air pori)
  • Terikat secara kimiawi (hidrasi semen)
  • Terserah secara fisik sebagai klorida terikat
Dari tiga bentuk klorida dalam beton, namun hanya ion klorida bebas sajalah yang dapat mengakibatkan korosi.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat konsentrasi klorida permukaan (Cs) antara lain:
  • Jarak terhadap sumber klorida (semakin dekat, maka Cs semakin tinggi)
  • Kondisi lingkungan (hujan dan arah angin)
  • Material (kondisi permukaan beton → tingkat kekerasn beton
Nilai konsentrasi klorida permukaan tipikal
InvestigatorExposure ClassesRecommended Cs value (wt, of concrete)
Bamforth (1996)Splash zonePortland
Blended
0.75%
0.9%
Spray zonePortland
Blended
0.5%
0.6%
Marine atmosphere zonePortland
Blended
0.25%
0.3%
Habuchi et. al. (2001)>4.5 m above sea level0.565%
❤ m above sea level1% – 1.1%
Helland (1999)Splash zone0.9%
Maage et. al. (1997)0.9%
Yokozeki (1997)f’c ≤ 50 N/mm20.71%
f’c > 50 N/mm20.92%
Sumber : fathurridhokl15

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus

3.8.1         Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus 3.8.1    Tujuan Percobaan Kadar organik adalah bahan- bahan yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek kerugian terhadap suatu mortar atau beton. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. 3.8.2    Alat dan Bahan Alat: 1.       Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH 2.       Standard warna ( Organik plate ) 3.       Larutan NaOH 3% Bahan: Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol) Gambar 1.1 Pasir didalam 1/3 botol untuk menentukan kadar organik 3.8.3    Prosedur Percobaan 1.       115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol) 2.       Laruta

Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar

Analisis Saringan Agregat Halus TujuanPercobaan Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus  Alat dan Bahan Alat 1.       Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% 2.       Satu set saringan 3.       Oven (110 ± 5)°C 4.       Alat pemisah  (spliter) sample 5.       Talam Gambar 1  Saringan Agregat Halus. Bahan Benda uji (pasir) diperoleh dari alat pemisah. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat halus  yang digunakan pada tabel perangkat saringan.             Gambar 2  Timbangan, Neraca, dan 500g Agregat Halus. Prosedur Pemeriksaan 1.       Keringkan sampel agregat. 2.       Timbang beban agregat. 3.       Persiapkan saringan yang akan digunakan. 4.       Goyangkan saringan disaat agregat dituang ke saringan. 5.       Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. 6.       Catat berat yang tertahan. Perhitungan Tabel 1  Tabel Analisis Saringan Agregat Hal

Praktikum Pemeriksaan Kadar Air Agregat

3.1       Pemeriksaan Kadar Air Agregat 3.1.1    Tujuan Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi tahan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan. 3.1.2         Alat dan Bahan 1.       Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh 2.       Oven 3.       Talam logam tahan karat dengan kapasitas besar bagi tempat pengeringan benda uji 4.       Contoh agregat kasar dan agregat halus masing-masing 500 gram 3.1.3    Prosedur 1.       Timbang dan catat berat talam (W 1 ) 2.       Masukkan benda uji kedalam talam, kemudian timbang ulang (W 2 ) 3.       Hitung berat benda uji W 3 =W 2 -W 1 4.       Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5) o C hingg