Langsung ke konten utama

Perlakuan Preheat pada Pengelasan Baja Paduan




Pengelasan pada baja paduan memungkinkan terjadinya cacat las pada hasil pengelasan, hal ini terjadi karena sifat baja paduan yang mudah terjadi pengerasan akibat pemanasan dan pendinginan yang cepat. Pengelasan baja paduan juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada struktur mikro las maupun sifat mekanis bahan pada logam las (weld metal) dan daerah terpengaruh panas atau heat affected zone (HAZ). Untuk memperoleh struktur mikro yang diinginkan agar memiliki sifat mekanis tertentu maka perlu memberikan perlakuan panas berupa preheat pada saat proses pengelasan. Fakta tersebut ditunjukan pada beberapa hasil penelitian berikut ini :
Sembiring (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh preheat terhadap struktur mikro dan ketangguhan las GTAW pada pengelasan baja karbon rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pembesaran ukuran struktur mikro untuk setiap penaikan temperatur preheat. Preheat 100oC menunjukkan jumlah acicular ferrite yang paling banyak dan memberikan kekuatan impak serta sambungan las yang paling baik dibanding preheat 200 oC, 300 oC maupun tanpa preheat.
Widayatin (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh preheat terhadap ketangguhan dan kekuatan pada baja karbon A283 grade C dengan pengelasan GTAW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pada temperatur preheat menyebabkan pengkasaran pada struktur mikro. Persentase maksimum accicular ferit dan karenanya ketangguhan impak tertinggi dicapai pada logam las dengan pemanasan awal 100oC. Ferit acciular ini dikaitkan dengan dimasukkan dalam bentuk MnS, MnO dan Al2O3. Sifat dampak yang lebih baik dicapai pada panaskan 100oC. Preheat temperatur 200 oC memberikan hasil terbaik pada hasil uji tarik.
Lechtenberg (2003) melaporkan bahwa Perlakuan preheat memiliki pengaruh yang signifikan perilaku patah dinamis logam las baja 12Cr-1Mo. Penurunan temperatur preheat menyebabkan laju pendinginan yang lebih cepat pada logam las, sehingga menghasilkan shelf energy yang lebih tinggi dan temperatur transisi ulet-getas yang lebih rendah. Pemeriksaan SEM menunjukkan jarak dendrit menurun dan segregasi interdendritik lebih rendah pada laju pendinginan yang lebih cepat. Hal ini membuktikan bahwa kandungan berbagai ferit interdendritik dan morfologi dan jarak dendrit, dipengaruhi oleh laju pendinginan. Oleh karena itu laju pendinginan memiliki peran penting untuk mengendalikan perilaku fraktur dinamis pada logam las.
Hakansson (2002) melaporkan bahwa kombinasi optimum parameter pengelasan, terutama preheat dan interpass temperatur, pada baja tempered memberikan pengaruh ketangguhan maksimum pada daerah HAZ dan logam las. Hasil menunjukkan bahwa pemanasan awal minimum untuk mengontrol retak hidrogen pada logam las dalam hal ini adalah 60oC. Nilai ketangguhan rendah pada logam las dan daerah HAZ konsisten terjadi di wilayah akar las. Pengelasan dengan temperatur preheat yang rendah harus dihindari.
Ilman (2006) melakukan analisis kekuatan creep pada baja ST 35.8 grade 3 yang digunakan pada header superheater boiler. Hasil pengujian creep stress rupture menunjukkan retak creep terjadi pada daerah batas kritis antar HAZ butir halus dan daerah transformasi sebagian (retak tipe IV). Retak diawali dengan pembentukan rongga (void) pada batas butir dan selanjutnya memberikan kontribusi kegagalan yang lebih besar disbanding baja yang tidak mengalami pengelasan.
Michel (2011) melakukan penelitian mengenai perubahan struktur mikro dan sifat mekanis pada baja Cr-Mo yang dioperasikan pada kondisi creep. Bentuk struktur mikro baja telah berubah seiring dengan waktu pengoperasian. Pada pengoperasian 1.01 X 105 jam pertama terjadi perubahan terutama pada spheroidzation perlit dan presipitasi sekunder. Struktur mikro awal berubah secara bertahap menjadi campuran karbida ferit. Setelah 2.21 X 105 jam pengoperasian terjadi pengkasaran koagulasi dan partikel karbida yang lebih intensif. Sebagian besar partikel karbida kasar ditemukan di bagian batas butir. Fakta menunjukkan bahwa ada perubahan pada struktur mikro, kekuatan dan deformasi dari baja, namun ketahanan terhadap patah getas dan batas kekuatan creep, tidak berubah setelah 2.21 X 105 jam pengoperasian.

Sumber : http://achmadarifin.com/welding/perlakuan-preheat-pada-pengelasan-baja-paduan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus

3.8.1         Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus 3.8.1    Tujuan Percobaan Kadar organik adalah bahan- bahan yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek kerugian terhadap suatu mortar atau beton. Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. 3.8.2    Alat dan Bahan Alat: 1.       Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH 2.       Standard warna ( Organik plate ) 3.       Larutan NaOH 3% Bahan: Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol) Gambar 1.1 Pasir didalam 1/3 botol untuk menentukan kadar organik 3.8.3    Prosedur Percobaan 1.       115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol) 2.       Laruta

Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar

Analisis Saringan Agregat Halus TujuanPercobaan Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus  Alat dan Bahan Alat 1.       Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% 2.       Satu set saringan 3.       Oven (110 ± 5)°C 4.       Alat pemisah  (spliter) sample 5.       Talam Gambar 1  Saringan Agregat Halus. Bahan Benda uji (pasir) diperoleh dari alat pemisah. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat halus  yang digunakan pada tabel perangkat saringan.             Gambar 2  Timbangan, Neraca, dan 500g Agregat Halus. Prosedur Pemeriksaan 1.       Keringkan sampel agregat. 2.       Timbang beban agregat. 3.       Persiapkan saringan yang akan digunakan. 4.       Goyangkan saringan disaat agregat dituang ke saringan. 5.       Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. 6.       Catat berat yang tertahan. Perhitungan Tabel 1  Tabel Analisis Saringan Agregat Hal

Praktikum Pemeriksaan Kadar Air Agregat

3.1       Pemeriksaan Kadar Air Agregat 3.1.1    Tujuan Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi tahan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan. 3.1.2         Alat dan Bahan 1.       Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh 2.       Oven 3.       Talam logam tahan karat dengan kapasitas besar bagi tempat pengeringan benda uji 4.       Contoh agregat kasar dan agregat halus masing-masing 500 gram 3.1.3    Prosedur 1.       Timbang dan catat berat talam (W 1 ) 2.       Masukkan benda uji kedalam talam, kemudian timbang ulang (W 2 ) 3.       Hitung berat benda uji W 3 =W 2 -W 1 4.       Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5) o C hingg